Di sebuah desa
di kaki gunung merapi terdapat sebuah keluarga kecil yang tinggal di sebuah rumah
kecil, ia tinggal di dekat rumah seseorang yang cukup terkenal sebagai bintang
iklan sebuah produk minuman, orang itu bernama Mbah Marijan, kelaurga tersebut
terdiri dari 4 orang manusia, ayahnya bernama Sugeng , ibunya bernama Supiah, sedangkan
anak pertama bernama Firmun dan anak yang kedua bernama Kimpul, saat itu
kelurga tersebut sedang beraktifitas di sekitar rumah, sang Ayah sedang berladang,
Ibu sedang memasak, sedangkan Firmun dan Kimpul sedang bermain bola disamping
rumah.
Tiba-tiba
terjadi gempa gempa berkekuatan ringan yang terjadi selama 2 menit, setelah
gempa berhenti mereka masih melanjutkan aktivitas seperti biasanya karena mereka
sudah terbiasa dengan gempa gempa kecil seperti itu, tetapi secara tiba tiba
gunung merapi mengeluarkan asap tebal yang menjulang tinggi ke langit biru pada
awalnya langit berwarna biru, tetapi setelah merapi meletus, langit menjadi
berwarna abu-abu dan debu berterbangan ke pemukiman warga. Warga sudah mulai
banyak yang mengungsi ke rumah kerbat atau keluarga tetapi keluarga firmun
lebih memilih bertahan di rumah sendiri.
“Ibu lebih baik kita bertahan
disini dengan anak anak” kata ayah.
“Mengapa yah?” tanya ibu.
“Kita sudah biasa menghadapi bencana seperti ini, lebih baik kita bertahan
disini mungkin merapi hanya bererupsi sebentar saja” kata ayah
“Jangan bicara seperti itu Yah” jawab ibu lembut.
“Iya bu maafkan ayah” kata ayah.
“Anak anak dimana?” tanya ibu.
“Mungkin mereka sedang bermain ke rumah temannya” jawab ayah
Setelah
berbincang bincang mereka pun melanjutkan aktivitas nya masing masing, setelah
beraktivitas mereka beristirahat sejenak di kamar tidur ayah dan ibu tertidur
lelap sampai sore hari mereka baru terbangun setelah kedua anak mereka
memanggil nya.
“Ibu....ayah... cepat keluar dari
dalam rumah” teriak firmun.
“Ada apa nak?” tanya ibu
”Kenapa kalian?” kata ayah.
”Gunung merapi mengelurakan wedus gembel ayo kita harus cepat mengungsi Yah”
seru kimpul “Ayo cepat naik ke mobil” seru ayah.
“Ayo” saut ibu.
Akhirnya mereka
mengungsi ke posko pengungsian terdekat, mereka berencana kembali kerumah
setelah merapi mulai berhenti mengeluarkan asap wedus gembel. Setelah beberapa
hari di posko pengungsian mereka kembali ke rumah nya. Mereka mengarungi
jalanan yang penuh dengan debu merapi. Mereka khawatir dengan kondisi rumah dan
ladang mereka
“Yah bagaimana jika rumah dan
ladang kita hancur di terpa wedus gembel” tanya kimpul
“Tidak apa-apa yang penting kita sekeluarga selamat dari bencana ini” jawab
ayah
“Jika rumah kita hancur kita mau tinggal dimana” tanya ibu
“Pasti ada bantuan dari pemerintah nantinya” kata ayah
Setelah selama 1
jam mengarungi jalanan yang penuh debu akhirnya mereka sampai ke rumah mereka,
mereka sangat terkejut karena melihat rumah mereka tidak hancur tapi sayang
ladang mereka tertutup debu vulkanik sehingga seluruh tanaman mati.
“Yah bagaimana ini, semua tanaman
di ladang kita mati” tanya firmun.
“Bersabar saja nak semua ini adalah cobaan dari tuhan kita” jawab ayah.
“Tetapi bagaimana kita membiayai
kehidupan kita nanti” tanya kimpul.
“Ayah akan berusaha mencari modal untuk
membeli bibit tanaman baru setelah bencana ini benar benar berhenti” jawab
ayah.
“Terimakasih ayah atas semua perjuanganmu” kata ibu.
“Sama-sama ibu” jawab ayah.
Setelah lama
mengobrol bersama akhirnya, mereka memutuskan untuk beristirahat karena hari
sudah mulai malam. Ternyata pada saat itu merapi kembali mengeluarkan asap
tebal yang disertai suara gemuruh akibat bebatuan dan lahar yang dimuntahkan
oleh gunung merapi.
“Ayah merapi meletus lagi” seru
ibu.
”Apa!” jawab ayah.
“Ayo cepat kita pergi ke posko” seru ayah.
Akhirnya mereka
kembali pergi ke posko. Tetapi ada barang yang sangat berharga yang tertinggal
di dalam rumah.
“Yah surat
berharga kita seperti surat tanah dll tertinggal dirumah bagaimana yah” tanya
ibu.
“Akan ayah ambil nanti jika sudah sedikit berhenti erupsinya” jawab ayah.
“Ayah disini saja, biar saya dan
Firmun yang mengambilnya” kata kimpul.
“Iya yah sebaiknya ayah disini saja bersama ibu” kata firmun.
“Tapi...” seru ayah.
“Ayo pul kita pergi kerumah” kata firmun.
“Ayo mun” jawab kimpul.
“Firmun, kimpul jangan kesana” seru ibu.
Firmun dan
Kimpul akhirnya pergi kerumah mereka untuk mengambil surat berharga yang
tertinggal didalam rumahnya.
“Pul apa kamu
tahu dimana ibu meletakan surat surat berharga itu” tanya firmun.
“Mungkin di lemari” jawab kimpul.
“Lemari mana” kata firmun
“Lemari dikamar ibu” jawab kimpul
Akhirnya mereka
sampai dirumahnya dan masuk kedalam rumahnya
“Ayo pul kita masuk kedalam” ajak
firmun.
“Ayo mun” saut kimpul.
“Dimana pul” tanya firmun.
“Ayo kita lihat dilemarinya” ajak kimpul
Mereka mencoba
untuk mencari surat surat yang berharga itu, Firmun mencoba membuka lemari itu tapi
lemari itu tidak bisa dibuka.
“Kok tidak bisa dibuka pul?” tanya
firmun.
“Coba ambil diatas lemari itu” jawab kimpul.
“Oh iya pul ternyata kuncinya ada disini” kata firmun.
Setelah kunci
lemarinya tertemu diatas lemari Firmun mencoba membuka lemari itu.
“Lemarinya bisa dibuka pul” kata
firmun.
“Coba cari suratnya” kata kimpul.
“Tidak ada pul surat suratnya”kata firmun.
“Yakin kamu mun coba cari lagi” kata kimpul.
“Tidak ada pul” kata firmun
Kimpul coba
mencarinya ditempat lain, dia terus mencari sampai akhirnya dia terlelah dan
tertidur dikamar ibunya, sementara itu Firmun terus mencari surat surat
berharga tersebut, setelah beberapa lama mereka mencari, akhirnya mereka berdua
tertidur lelap, setelah tertidur lama mereka terbangun gara gara mendengar suara
gemuruh dari belakang rumahnya,ternyata sang merapi sudah memuntahkan isi
perutnya sementara itu wedus gembel sudah menjulang tinggi ke langit biru,
sedangkan gempa saling susul menyusul yang menyebabkan rumah mereka menjadi
berantakan dan hampir rubuh akhirnya mereka mencoba untuk kabur tetapi kaki
firmun tertimpa lemari didekatnya sehingga kakinya patah.
“Bagaimana ini kaki mu patah” kata
kimpul.
“Sebaiknya kamu pergi saja tinggalkan aku disini” jawab firmun.
“Tidak saya tidak mau meninggakan kamu” kata kimpul.
“Cepat tidak apa apa” kata firmun.
“Saya tidak mau kamu mati” kata kimpul.
“Saya juga tidak mau kamu mati” kata firmun.
“Jika kamu mati saya juga harus mati” kata kimpul.
“Jangan bagaimana dengan ayah dan ibu” kata firmun.
“Bagaimana dengan kamu juga” kata kimpul.
Lama kelamaan
wedus gembel semakin mendekat ke rumah mereka, sedangkan mereka masih saling
berpelukan dan saling melindungi satu sama lain.
“Bagaimana pul wedus gembel semakin
mendekat ke arah kita” tanya firmun.
“Kita pasrahkan saja semuanya kepada yang diatas” jawab kimpul.
“Baiklah pul” kata firmun.
“Ayo kita mulai berdoa” kata kimpul.
Ternyata panas
wedus gembel membakar rumah mereka tetapi mereka tetap tidak beranjak dari
tempatnya. Mereka berdua mengucapkan Selamat Tinggal Ayah Dan Ibu.
Akhirnya mereka berdua mati dengan tubuh yang terbakar, yang tersisa dari
mereka hanyalah tulang belulang mereka saja tulang belulang mereka tertumpuk
menjadi satu.
Sementara itu
Ayah dan Ibu mereka khawatir dengan keadaan mereka disana.
“Ibu bagaimana dengan keadaan anak
anak kita diasana” tanya ibu.
“Sebaiknya kita berdoa agar mereka selamat” jawab ayah.
Keesokan harinya
mereka berencana untuk menyusul anak anak nya, Kebetulan sekali ada rombongan
tim SAR yang ingin mengevakuasi korban korban yang masih ada dirumahnya, Mereka
berangkat bersama tim SAR dengan menggunakan mobil, dalam perjalanan mereka
tidak henti hentinya untuk mendoakan anak nya, setelah beberapa lama mereka
akhirnya sampai di jalan menuju rumahnya, mereka berdua berlari untuk melihat
kondisi anak anak mereka. Setelah sampai rumhnya mereka sangat terkejut dengan
keadaan rumahnya yang sebagian sudah terbakar. Mereka berdua masuk ke dalam
rumah, mereka sangat terkejut karena anak anak mereka tidak ada didalam
rumahnya, mereka mencari ke berbagai tempat didalam rumahnya, akhirnya sang ibu
menemukan anak anak nya tapi sayang mereka sudah tewas, sang ibu sangat
terpukul dengan kejadian tersebut, ibu memanggil sang ayah Ayah...Ayah..
kesini.
Ayah menjawab,
ada apa Bu ayah pun juga terkejut dengan keadaan kedua anaknya. Mereka berdua
memanggil tim SAR untuk mengevakuasi kedua anaknya, setelah kedua anaknya
dievakiasi mereka berencana menguburkan anak nya keesokan harinya. Ibu bicara
pada ayah bagaimana Yah kedua anak kita sudah tidak ada, lalu ayah menjawab,
tidak apa apa bu sebaiknya kita tabah dengan cobaan yang kita alami ini. Dua
minggu kemudian Merapi sudah berehenti mengeluarkan wedus gembel dan material
lainnya, Ibu dan Ayah merana karena sudah tidak punya tempat tinggal lagi,
harta satu satunya yang ia miliki hanyalah mobil butut.
Ayah berbicara dengan ibu
sebaiknya kita jual saja mobil ini untuk membeli rumah dan merantau jauh dari
tempat ini, ibu menjawab pembicaraan ayah ya sudahlah jika itu mau ayah. Tapi
kita mau merantau kemana yah, ayah menjawab pastinya ketempat yang jauh dari
tempat ini, bagaiman dengan kuburan anak kita, Ayah menjawab kita akan
berjiarah setiap setahun sekali, ya sudahlah sebaiknya kita berkemas kemas
untuk pergi jauh dari tempat ini. Akhirnya mereka berdua pergi jauh dari tempat
yang dekat dengan gunung merapi dan mereka tidak lupa untuk menjiarahi kuburan
kedua anak mereka. Sekian cerita dari saya semoga dapat memuasakn anda